Banyak
ahli astronomi dan geologi berpendapat
bahwa bumi dan planet lainnya terbentuk dari proses aglomerasi massa jagad raya
yang telah mendingin (planetisimal)
atau proses pendinginan dan kondensasi gas panas matahari (nebular). Dalam teori nebular ini dianggap bahwa selama
perkembangannya, gas panas akan mengalami radiasi dan kehilangan partikel
tenaga sehingga lama-lama mendingin, terkondensasi hingga akhirnya memadat. Gaya tarik bumi
terjadi diferensiasi antara hasil kondensasi dengan gas pada saat proses
pendinginan berlangsung, sehingga akhirnya akan terbentuk magma primer yang
diselubungi selaput gas, yang sangat berbeda dengan atmosfer sekarang yang
disebut pneumatosfer. (Rittmann,
1962). Selanjutnya, proses pendinginan akan semakin mempercepat proses
kristalisasi di permukaan bumi.
Bumi terbentuk sekitar
4.600 juta tahun yang lalu, berwujud massa batuan yang pijar dan cair. Setelah
berjuta-juta tahun lamanya massa batuan itu mendingin sehingga lapisan
permukaan menjadi padat dan membentuk lapisan kerak bumi yang retak-retak
akibat proses pendinginan. Batuan yang meleleh dari dalam ada yang keluar
melalui retakan-retakan kerak bumi dan membeku di permukaan bumi.
Gas yang terbentuk waktu proses pendinginan
sebagian menjadi uap. Gas-gas pada permukaan akhirnya menjadi lapisan atmosfer.
Gaya graitasi bumi mencegah gas tersebut tidak keluar dari permukaan bumi.
Sekitar 1.000 juta
tahun yang lalu, permukaan bumi berupa
satu daratan yang sangat luas dikelilingi oleh samudra. Daratan tersebut
kemudian terpecah menjadi beberapa daratan akibat adanya pergeseran lempeng
permukaan bumi.
Tabel 2.1. Jenis batuan penyusun kerak bumi
Batuan
|
Berat jenis (gram / cm3)
|
Granit
|
2,5 - 2,7
|
Andesite
|
1,6 - 2,6
|
Diorit
|
2,8 - 2,9
|
Gabro
|
3
|
Peridotit
|
2,6 - 2,8
|
Dunit
|
3,2 - 3,3
|
Batupasir
|
2,2 - 2,8
|
Batugamping
|
2,5 - 2,7
|
Marmer
|
2,7
|
Gneis
|
2,6 - 3,1
|
Gambar 2.1. Susunan bumi
Para ahli setuju bahwa bumi terbentuk
pada ± 4.6 milyard tahun yang lalu, diameter ekuator bumi ± 12.756 km diameter di polar ± 12.714 km. Bj
= 5,5 gr/cm2.
Bumi terdiri dari tiga
bagian yang berbeda yaitu kerak bumi, mantel, inti luar dan inti dalam. Selain
itu secara fisik, bumi juga bisa di bagi menjadi lapisan Litosfer dan
Astenosfer.
Lapisan Litosfer
merupakan lapisan teratas yang meliputi kerak bumi dan bagian atas dari mantel
bumi. Litosfer merupakan bagian padat, solid tetapi mudah patah. Litosfer
bergerak terapung di atas lapisan Astenosfer.
Astonosfer merupakan
lapisan cair yang meliputi mantel bawah dan inti luar bumi. Lapisan ini “lemah”
dengan temperature yang sangat tinggi. di lapisan ini terjadi arus konveksi
yang menggerakan lempeng-lempeng permukaan bumi.
A.
Struktur
Penyusun Bumi
Secara umum bumi terdiri dari beberapa bagian
lapisan yang berbeda yaitu:
1.
Kerak
Kerak bumi (crush)
merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 30 - 70
km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan
asam. Dengan berat jenis
± 2,7. Lapisan ini
menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah
kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di
bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
Gambar
2.2. Lapisan Lithosphere dan Asthenosphere
Kerak
bumi terdiri dari lempeng benua dan lempeng samudra.
1. Lempeng
benua berupa lapisan tipis tersusun dari batuan granitik dan merupakan lapisan
pembentuk benua.
2. Lempeng
Samudra berupa lapisan tipis tersususn dari batuan basaltik dan merupakan lapisan pembentuk
dasar samudra.
Gambar 2.3. Kerak
bumi
2.
Mantel
Selimut atau
selubung (mantle) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak
bumi. Dengan berat jenis
± 3,4 - 4 Tabal selimut
bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian
bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC. Mantel merupakan
lapisan yang berbeda di bawah kerak bumi dengan kedalaman kira-kira (40 - 2891)
km, mempunyai temperatur sangat tinggi samapai 3.800°C.
Gambar 2.4. Bagian – bagian mantel
bumi
- Inti Bumi
Inti bumi (core),
yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%),
nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200
km. Dengan berat jenis
± 9,6. Lapisan ini
dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti
luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang
suhunya mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan
diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi
yang suhunya mencapai 4.500 oC.
Berdasarkan
susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni bagian padat
(lithosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan; bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk
ekosistem perairan seperti laut, danau dan sungai; bagian udara (atmosfer) yang
menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai
jenis organisme (biosfer).
Keempat komponen tersebut berinteraksi secara aktif
satu sama lain, misalnya dalam siklus biogeokimia dari berbagai unsure kimia
yang ada di bumi, proses transfer panas dan perpindahan materi padat.
Gambar 2.5. Inti bumi
B.
Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi
secara menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km. Gerakan udara dalam
atmosfer terjadi terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta
perputaran bumi. Perputaran bumi ini akan mengakibatkan bergeraknya masa
udara, sehingga terjadilah perbedaan tekanan udara di berbagai tempat di dalam
atmosfer yang dapat menimbulkan arus angin.
Pada lapisan
atmosfer terkandung berbagai macam gas. Berdasarkan volumenya, jenis gas yang paling
banyak terkandung berturut-turut adalah nitrogen (N2) sebanyak
78,08%, oksigen (O2) sebanyak 20,95%, argon sebanyak 0,93%,
serta karbon dioksida (CO2) sebanyak 0,03%. Berbagai jenis gas lainnya
jufga terkandung dalam atmosfer, tetapi dalam konsentrasi yang jauh lebih
rendah, misalnya neon (Ne), helium (He), kripton (Kr), hidrogen (H2),
xenon (Xe), ozon (O3), metan dan uap air.
Di antara gas-gas
yang terkandung di dalam atmosfer tersebut, karbon dioksida dan uap air
terkandung dalam konsentrasi yang bervariasi dari tempat ke tempat, serta dari
waktu ke waktu untuk uap air.
Keberadaan atmosfer
yang menyelimuti seluruh permukaan bumi memiliki arti yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup berbagai organisme di muka bumi. Fungsi atmosfer
antara lain :
- Mengurangi radiasi matahari yang sampai ke permukaan
bumi pada siang hari dan hilangnya panas yang berlebihan pada malam hari.
- Mendistribusikan air ke berbagai wilayah permukaan
bumi
- Menyediakan okisgen dan karbon dioksida.
- Sebagai penahan meteor yang akan jatuh ke bumi.
Peran atmosfer
dalam mengurangi radiasi matahari sangat penting. Apabila tidak ada lapisan atmosfer,
suhu permukaan bumi bila 100% radiasi matahari diterima oleh permukaan bumi
akan sangat tinggi dan dikhawatirkan tidak ada organisme yang mampu bertaham
hidup, termasuk manusia.
Dalam
mendistribusikan air antar wilayah di permukaan bumi, peran atmosfer ini
terlihat dalam siklus hidrologi. Tasnpa adanya atmosfer yang mampu
menampung uap air, maka seluruh air di permukaan bumi hanya akan mengumpul pada
tempat yang paling rendah. Sungai - sungai akan
kering, seluruh air tanah akan merembes ke laut, sehingga air hanya akan
mengumpul di samudera dan laut saja. Pendistribusian air oleh
atmosfer ini memberikan peluang bagi semua mahluk hidup untuk tumbuh dan
berkembang di seluruh permukaan bumi.Selain itu, atmosfer dapat menyediakan
oksigen bagi mahluk hidup. Kebutuhan tumbuhan akan CO2 juga
dapat diperoleh dari atmosfer. Berdasarkan perbedaan suhu vertikal, atmosfer bumi dapat
dibagi menjadi lima lapisan, yaitu :
- Troposfer
Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling bawah, berada antara permukaan bumi sampai pada
ketinggian 8 km pada posisi kutub dan 18 – 19 km pada daerah ekuator.
Pada lapisan ini suhu udara akan menurun dengan bertambahnya ketinggian.
Setiap kenaikan 100 meter temperaturnya turun turun 0,5 oC.
Lapisan ini dianggap sebagai bagian atmosfer yang paling penting, karena
berhubungan langsung dengan permukaan bumi yang merupakan habitat dari berbagai
jenis mahluk hidup termasuk manusia, serta karena sebagain besar dinamika iklim
berlangsung pada lapisan troposfer. Susunan kimia udara troposfer terdiri dari 78,03%
nitrogrn, 20,99 oksigen, 0,93% argon, 0,03% asam arang, 0,0015% nenon, 0,00015%
helium, 0,0001% kripton, 0,00005% hidrogen, serta 0,000005% xenon.
Di dalam lapisan ini berlangsung semua hal yang
berhubungan dengan iklim. Walaupun troposfer hanya menempati sebagian
kecil saja dari atmosfer dalam, akan tetapi, 90% dari semua masa atmosfer
berkumpul pada lapisan ini. Di lapisan inilah terbentuknya awan, jatuhnya
hujan, salju, hujan es dan lain-lain. Di dalam troposfer terdapat tiga jenis awan, yaitu awan
rendah (cumulus), yang tingginya antara 0 – 2 km; awan pertengahan (alto
cumulus lenticularis), tingginya antara 2 – 6 km; serta awan tinggi (cirrus)
yang tingginya antara 6-12 km. Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan,
yaitu :
a. Lapisan Udara Dasar
Tebal lapisan udara
ini adalah 1 – 2 meter diatas permukaan bumi. Keadaan di dalam lapisan
udara ini tergantung dari keadaan fisik muka bumi, dari jenis tanaman,
ketinggian dari permukaan laut dan lainnya. Keadaan udara dalam lapisan
inilah yang disebut sebagai iklim mikro, yang mempengaruhi kehidupan tanaman
dan juga jasad hidup di dalam tanah.
b. Lapisan Udara Bawah
Lapisan udara ini
dinamakan juga lapisan-batasan planiter (planetaire grenslag, planetary
boundary layer). Tebal lapisan ini 1 – 2 km. Di sini
berlangsung berbagai perubahan suhu udara dan juga menentukan iklim.
c. Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)
Lapisan ini disebut
juga lapisan udara konveksi atau lapisan awan, yang tebalnya 2 – 8 km. Di
dalam lapisan udara ini gerakan mendatar lebih besar daripada gerakan
tegak. Hawa panas dan dingin yang beradu di sini mengakibatkan kondisi
suhu yang berubah-ubah.
d. Lapisan Udara Tropopouse
Merupakan lapisan
transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer terletak antara 8 – 12 km di
atas permukaan laut (dpl). Pada
lapisan ini terdapat derajat panas yang paling rendah, yakni antara - 46 o
C sampai - 80o C pada musim panas dan antara - 57 o
C sampai - 83 o C pada musim dingin. Suhu yang sangat
rendah pada tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke
lapisan atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi
sebelum mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk
cair (hujan) dan padat (salju, hujan es).
2.
Stratosfer
Merupakan bagian
atmosfer yang berada di atas lapisan troposfer sampai pada ketinggian 50 – 60
km, atau lebih tepatnya lapisan ini terletak di antara lapisan troposfer dan
ionosfer. Pada lapisan stratosfer, suhu akan semakin meningkat dengan
meningkatnya ketinggian. Suhu pada bagian atas stratosfer hampir sama
dengan suhu pada permukaan bumi. Dengan demikian, profil suhu pada
lapisan stratosfer ini merupakan kebalikan dari lapisan troposfer.
Ciri penting
dari lapisan stratosfer adalah keberadaan lapisan ozon yang berguna untuk
menyerap radiasi ultraviolet, sehingga sebagian besar tidak akan mencapai
permukaan bumi.
Serapan radiasi
matahari oleh ozon dan beberapa gas atmosfer lainnya menyebabkan suhu udara
pada lapisan stratosfer meningkat. Lapisanstratosfer tidak mengandung uap
air, sehingga lapisan ini hanya mengandung udara kering. Batas lapisan
stratosfer disebut stratopouse. Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu :
a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 – 35 km dpl,
dengan suhu udara -50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 – 50 km dpl,
dengan suhu -50o C sampai + 50o C.
c. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 –
80 km dpl, dengan suhu antara +50o C sampai -70o C.
karena pengaruh sinar ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi
ozon, hingga kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di
dalam 1 m3.
3.
Mesosfer
Mesosfer
terletak di atas stratosfer pada ketinggian 50 – 70 km. Suhu di lapisan
ini akan menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian. Suhunya
mula-mula naik, tetapi kemudian turun dan mencapai -72 oC di
ketinggian 75 km. Suhu
terendah terukur pada ketinggian antara 80 – 100 km yang merupakan
batas dengan lapisan atmosfer berikutnya, yakni lapisan mesosfer. Daerah
transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu
terendah - 110o C .
4.
Lapisan Termosfer
Berada di atas
mesopouse dengan ketinggian sekitar 75 km sampai pada ketinggian sekitar 650
km. Pada lapisan ini, gas-gas akan terionisasi, oleh karenanya lapisan
ini sering juda disebut lapisan ionosfer. Molekul oksigen akan terpecah
menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan
gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan
meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat
dengan meningkaknya ketinggian.
Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan
lagi, yaitu :
a. Lapisan Udara E
Terletak
antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan ini tempat
terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga lapisan
udara KENNELY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat
memantulkan gelombang radio. Suu udara di sini berkisar - 70o C
sampai +50o C .
b. Lapisan udara F
Terletak
antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara APPLETON.
c. Lapisan udara atom
Pada
lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya lapisan
ini antara 400 – 800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari
matahari, dan diduga suhunya mencapai 1200o C .
5.
Ekosfer atau atmosfer luar
Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada
lapisan ini, kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara
ekosfer (yang pada dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar
tidak jelas. Daerah yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang
masih dapat dipengaruhi daya gravitasi bumi. Garis imajiner yang
membatasi ekosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause
Gambar
2.6.
Struktur Penyusun Bumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar